Selasa, 28 Februari 2012

ANALISA KEMAMPUAN DTE DALAM MENDETEKSI EARNING MANAJEMEN PADA EMITTEN MASUK KPP

Muhammad Na'im Amali
Jurnal Akuntansi dan Bisnis  Vol9 no 1 / Pebruari 2009 hal 71 - 84



http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/91097184.pdf

EARNINGS MANAGEMENT__ SUATU TELAAH PUSTAKA

Tatang Ary Gumanti
Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 2, Nopember 2000: 104 – 115



ABSTRAKSI
Earnings management atau manajemen laba merupakan suatu fenomena baru yang telah menambah wacana perkembangan teori akuntansi. Istilah manajemen laba muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer atau pembuat laporan keuangan untuk melakukan manajemen informasi akuntansi, khususnya laba (earnings), demi kepentingan pribadi dan/atau perusahaan. Manajemen laba itu sendiri tidak dapat diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba.
Secara teoritis ada banyak cara atau metode yang dapat ditempuh oleh manajer (pembuat laporan keuangan) untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan (reported earnings) yang memang memungkinkan ditinjau dari teori akuntansi positif (positive accounting theory). Teori akuntansi positif menjelaskan bahwa manajer memiliki insentif atau dorongan untuk dapat memaksimalkan kesejahteraannya. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa praktek manajemen laba ditemui dalam banyak konteks. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa atau variabel-variabel ekonomi tertentu dapat dijadikan sebagai sarana untuk memanaje laba. Kenyataan tersebut memberikan peluang bagi para peneliti akuntansi khususnya, dan peneliti manajemen umumnya, untuk meneliti kemungkinan munculnya manajemen laba pada satu aspek atau konteks ekonomi.




MENGUNGKAP PRAKTEK EARNING MANAJEMEN DI PERUSAHAAN

Ilya Avianti
Jurnal Bisnis, Manajemen dan ekonomi  Vo.7 no.3/ Februari 2006


http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/7306828841.pdf

Earning Management

Rousilita Suhendah
Jurnal Akuntansi / IX/02/ Mei 2005


http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/9205195205.pdf

Detecting Earnings Management: A New Approach

Patricia M. Dechow - Amy P. Hutton - Jung Hoon Kim -  Richard G. Sloan

This Version: April 201




http://www.chicagobooth.edu/jar/conference/docs/sloan-et-al-paper.pdf

Minggu, 19 Februari 2012

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP BIAYA MODAL EKUITAS (STUDI PADA PERUSAHAAN PUBLIK SEKTOR MANUFAKTUR)


WIWIK UTAMI
Universitas Mercu Buana


SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005




ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bukti empiris tentang pengaruh manajemen laba terhadap biaya ekuitas capital.The populasi penelitian ini digolongkan perusahaan di sektor manufaktur di Bursa Efek Jakarta, dan sampel ditentukan berdasarkan hal-hal berikut kriteria: (a) laporan tahunan berakhir 31 Desember, dan (b) nilai buku ekuitas positif. Ada 92 perusahaan yang memenuhi kriteria. Analisis data dilakukan dalam hal kolam penampang meliputi laporan keuangan tahunan selama 2001-2002. Manajemen laba diukur dengan rasio akrual modal kerja dengan penjualan, dan biaya modal ekuitas diperkirakan oleh model Ohlson. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan regresi berganda dengan risiko beta dan ukuran sebagai variabel kontrol.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) manajemen laba berpengaruh signifikan positif terhadap biaya modal ekuitas, dan (2) analisis sensitivitas menunjukkan manajemen laba proxy yang rasio akrual modal kerja dengan penjualan adalah proxy terbaik dibandingkan dengan Healy model, modified Jones model dan model Jones.


LATARBELAKANG
Menurut  Healy  dan  Palepu  (1993),  ada  tiga  kondisi  yang  menyebabkan 
komunikasi melalui  laporan  keuangan  tidak  sempurna  dan  tidaktransparan    yaitu:  (1) dibandingkan dengan investor, manajer memiliki informasi lebih banyak tentang strategi dan operasi bisnis yang dikelolanya, (2) kepentingan manajer tidak selalu selaras dengan kepentingan investor, dan (3) ketidaksempurnaan dari aturan akuntansi dan audit.

Leuz et al. (2003) melakukan studi komparatif internasional tentang manajemen laba dan proteksi investor dengan sampel 31 negara, yang meliputi periode pengamatan dari tahun 1990 sampai tahun 1999. Dalam  penelitian ini Indonesia termasuk sebagai sampel. Tujuan penelitiannya adalah untuk memberikan bukti empirik adanya perbedaan manajemen laba  di berbagai negara, dan perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan  proteksi  terhadap  investor.  Bedasarkan pada nilai rata-rata skor manajemen
laba, Indonesia berada pada urutan ke 15 dari 31 negara.


Alasan pemilihan judul :

Penelitian tentang pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas masih sangat sedikit. Sebagian besar penelitian manajemen laba dikaitkan  dengan hipotesis akuntansi positip (Watt and Zimmerman:1978), penawaran  saham perdana atau Initial Publik Offering (IPO), Seasoned Equity Offering (SEO) serta take over. Penelitian yang dilakukan oleh Saiful (2002), Tatang  (2001)  dan  Lilis  (2002)  pada perusahaan yang melakukan  IPO  di  Bursa  Efek Jakarta menunjukkan adanya  praktik manajemen laba, yaitu adanya kenaikan tingkat akrual yang diskresioner (discretionary accruals). 



Penelitian Dechow et al. (1996) merupakan satu-satunya  sumber  referensi yang penulis temukan, yang mengkaji tentang dampak dari tindakan manipulasi laba terhadap biaya modal. Kesimpulan  yang  diperoleh  adalah  biaya modal perusahaan yang terkena sangsi SEC (Securities Exchange  Commission)  karena  diduga  melakukan  manajemen laba lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan sampel kontrol. 


MOTIVASI -TUJUAN PENELITIAN
Motivasi penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah investor di Bursa Efek Jakarta telah mengantisipasi informasi akrual yang tersaji dalam laporan  keuangan emiten. Beberapa penelitian sebelumnya lebih banyak  mengfokus-kan pada hubungan informasi akrual dengan harga saham (value relevance). Penelitian ini berbeda dengan sebelumnya karena melakukan kajian hubungan langsung informasi akrual dengan biaya modal ekuitas. Alasan penulis tertarik untuk mengkaji biaya modal ekuitas adalah karena biaya modal ekuitas    merupakan tarip diskonto yang digunakan investor untuk menilai tunaikan  arus kas yang akan diterima di masa yang akan datang. Dengan demikian,  secara spesifik rumusan masalah penelitian ini adalah, apakah manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas. Adapun tujuan penelitian  adalah untuk mengetahui apakah investor sudah merespon dengan tepat  informasi akrual yang disajikan dalam laporan keuangan emiten. 



HIPOTHESA
Berdasarkan kajian pustaka, maka hipotesis penelitian yang akan diuji adalah: 
Ho : Manajemen laba tidak berpengaruh  terhadap biaya modal ekuitas 
Ha : Manajemen laba berpengaruh positip terhadap biaya modal ekuitas 


KESIMPULAN
a) Hasil penelitian memberikan bukti empirik bahwa manajemen laba berpengaruh positip dan signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Artinya  bahwa semakin tinggi tingkat akrual, maka semakin tinggi biaya modal  ekuitas. Hal ini menunjukan bahwa tingkat manajemen laba di Indonesia  yang relatif tinggi seperti yang diungkap Leuz et al. (2003) telah diantisipasi dengan cermat oleh investor di Bursa Efek Jakarta.  
b)  Manajemen laba yang diproksi dengan rasio akrual modal kerja dengan penjualan (model Utami) terbukti memberikan kontribusi yang paling besar dalam menjelaskan variasi biaya modal ekuitas. Temuan ini sejalan dengan pendapat McNichols(2000) serta Dechow dan Skinner (2000) yang menyatakan bahwa manajemen laba lebih baik diproksi dengan spesifik akrual dan menggunakan model yang sederhana (tidak rumit).  





http://images.geknana.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R1qxewoKCDsAAEmPCNc1/KAKPM-04.pdf









Jumat, 17 Februari 2012

ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN ANTARA LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL TERHADAP PERSISTENSI LABA, AKRUAL, DAN ARUS

Handayani Tri wijayanti
Simposium Nasional Akuntansi no 9 Padang








ABSTRAKSI
Studi ini mengkaji peran buku-pajak perbedaan yang menunjukkan kegigihan laba, ccruals, dan arus kas untuk satu periode ke depan pendapatan. Studi ini juga meneliti apakah tingkat buku-perbedaan pajak mempengaruhi penilaian investor dari kegigihan laba masa depan ..

Menggunakan data pendapatan dari 2000-2004, hasil menunjukkan bahwa perusahaan-tahun dengan besar positif buku-perbedaan pajak (buku pendapatan lebih dari penghasilan kena pajak) memiliki penghasilan yang kurang gigih dari perusahaan-tahun dengan kecil buku-pajak perbedaan. Selanjutnya, bukti-bukti yang konsisten dengan investor menafsirkan dengan besar positif buku-pajak perbedaan sebagai "bendera merah" dan mengurangi harapan mereka persistensi laba masa depan

LATAR BELAKANG

         Penelitian-penelitian diatas telah memberikan bukti peranan book-tax differences untuk menilai kualitas laba melalui praktik manajemen laba, namun belum ada bukti secara langsung bahwa book-tax differences dapat mempengaruhi persistensi laba, karena menurut Jonas dan Blanchet (2000) dalam Hanlon (2005), persistensi laba merupakan   salah   satu   komponen   nilai   prediksi   laba   dalam   menentukan   kualitas   laba, dan persistensi laba tersebut ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas dari laba sekarang, yang mewakili sifat transitori dan permanen laba (Sloan, 1996). 



Penelitian ini mereplikasi penelitian Hanlon (2005) yang didasarkan peraturan pajak yang berlaku di merika Serikat,   yaitu   menguji apakah book-tax differences berpengaruh secara negatif terhadap persistensi laba. Dengan kata lain, semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal, persistensi laba semakin rendah. Selaisebelumnya seperti Joos et al. (2000) dan Channey dan Jeter (1994) melaporkan bahwa return saham mempunyai hubungan yang rendah dengan laba ketika perusahaan mempunyai large book-tax differences. Pengujian tersebut secara implisit menganggap bahwa kualitas laba yang lebih rendah disebabkan oleh large book-tax differences perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal yang besar, dan pasar menetapkan harga saham sesuai dengan kualitas laba tersebut.

RUMUSAN MASALAH 

  1. Apakah perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal secara negatif akan berpengaruh terhadap persistensi laba akuntansi satu perioda kedepan. 
  2. Apakah perbedaan besar antara laba akuntansi dan laba fiskal yang berhubungan dengan komponen akrual laba menyebabkan rendahnya persistensi laba akuntansi satu perioda kedepan. 
  3. Apakah ekspektasi investor terhadap persistensi laba akuntansi yang tercermin dalam harga saham untuk komponen akrual laba konsisten dengan   persistensi akrual untuk perusahaan dengan book-tax differences besar




HIPOTESA
H1a:    Perusahaan dengan large negative book-tax differences mempunyai persistensi laba akuntansi lebih  rendah dibanding perusahaan dengan small     book-tax differences. 

H1b:  Perusahaan dengan large positive book-tax differences mempunyai persistensi laba akuntansi lebih rendah dibanding perusahaan dengan small book-tax differences.

H2a:   Perusahaan   dengan large negative book-tax differences mempunyai persistensi komponen laba akrual lebih rendah dibanding perusahaan dengan small book-tax differences. 
H2b: Perusahaan dengan large positive book-tax mempuntai persistensi komponen laba akrual lebih rendah dibanding perusahaan dengan small book-tax differences.



H3:  Ekspektasi persistensi laba akuntansi yang tercermin dalam harga   saham untuk komponen akrual adalah konsisten dengan persistensi akrual   bagi perusahaan dengan book-tax differences besar.



KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian  diatas, maka dapat disimpulkan bahwa (1)  book-tax differences  secara negatif berpengaruh  signifikan secara statistik terhadap persistensi laba akuntansi satu perioda kedepan, (2) perusahaan dengan large (negatif) positif book- tax differences signifikan secara statistik mempunyai persistensi laba lebih rendah yang disebabkan oleh komponen akrualnya daripada perusahaan dengan  small book-tax differences, dan (3) harga saham tidak mencerminkan informasi yang digunakan dalam model ekspektasi. Berarti bahwa investor belum mampu membedakan komponen laba dalam menentukan persistensi laba. 



BATASAN
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan dalam 
menginterpretasikan hasil analisis diatas. Keterbatasan pertama adalah jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian relatif sedikit, yaitu 40 perusahaan manufaktur, dan sampel yang digunakan tidak random. Sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digunakan sebagai dasar generalisasi. Hal ini disebabkan beberapa data laporan keuangan perusahaan tidak lengkap dan penelitian ini hanya berfokus pada perusahaan yang mendapatkan laba selama perioda pengamatan. Keterbatasan kedua adalah perioda pengamatan yang relatif pendek untuk menaksir parameter-parameter model penelitian. 
Penelitian ini hanya menggunakan perioda amatan selama  5 tahun, sedangkan Hanlon (2005) menggunakan perioda amatan 7 tahun.


Untuk itu ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam 
mengembangkan dan memperluas penelitian  selanjutnya, meliputi: (1)Penelitian berikutnya perlu mempertimbangkan pengaruh  book-tax  differences yang meliputi perbedaan permanen dan temporer terhadap pertumbuhan laba, seperti penelitian Nissim et.al.(2004), 
(2) Menggunakan sampel perusahaan baik yang laba maupun rugi dan mengembangkan model penelitian ini pada  sektor lain selain sektor manufaktur, dan 
(3) Penelitian selanjutnya dapat membanding  book-tax  differences dengan model akrual lainnya sebagai proksi discretionary accrual dalam menentukan persistensi laba,aliran kas, dan akrual. 





ANALISIS PERUBAHAN AKTIVA PAJAK TANGGUHAN DAN KEWAJIBAN PAJAK TANGGUHAN UNTUK MENDETEKSI MANAJEMEN LABA


DRS. SUBEKTI DJAMALUDDIN, MSI, AK 
Dr. Hj. RAHMAWATI, MSi, Ak2
HANDAYANI TRI WIJAYANTI, SE, Msi

  Penelitian ini memperoleh pendanaan dari DIPA Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai pemenang hibah penelitian tahun 2007.
  Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
  Dosen STIE ATMA BAKTI Surakarta












ABSTRAK
Penelitian ini memberikan bukti pada jenis account yang mengungkapkan manajemen laba. Penelitian ini membangunmodel berdasarkan Phillips et. al. (2003). Phillips et. al. (2004)temuan bahwa beban pajak tangguhan (DTE) dapat digunakanuntuk mendeteksi manajemen laba tersebut. Secara khusus, penelitian ini menyelidiki hubungan antara aktivitas manajemen laba dan perubahan aktiva pajak tangguhan dan komponenkewajiban menggunakan data dari pengungkapan pajak penghasilan perusahaan catatan kaki.

Sampel dalam penelitian ini perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dalam periode 2000-2004.Data dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling dan metode analisis data menggunakan regresi logistik. Sampel terdiri dari 46 perusahaan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan dalam kewajiban pajak tangguhan bersih (NDTL) dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba untuk menghindari penurunan laba.Dan perubahan dalam komponen kewajiban pajak tangguhan bersih terkait dengan akrual pendapatan dan biaya dancadangan, kompensasi, penyusutan aset berwujud, penilaian aset lainnya, item micsellaneous, dan perubahan dalam penyisihan aktiva pajak tangguhan penilaian tidak dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba untuk menghindaripenurunan laba

LATAR BELAKANG MASALAH 
Peraturan pajak yang berbeda antar negara di dunia menimbulkan pertanyaan apakah penelitian ini dapat diterapkan di negara-negara lain di luar Amerika Serikat, khususnya Indonesia. Dengan demikian penelitian ini menguji kemampuan beban pajak tangguhan yang dihasilkan dari selisih antara aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan untuk mendeteksi manajemen laba dan menguji komponen-komponen yang terkandung dalam perubahan atas aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan yang digunakan untuk mengelola laba.

RUMUSAN MASALAH
  1. Apakah beban pajak tangguhan yang dihasilkan dari selisih antara aktiva pajak tangguhan dan utang pajak tangguhan dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba?
  2. Apakah komponen-komponen yang terkandung dalam perubahan atas aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba?
HIPOTESA

H1 Perubahan dalam kewajiban pajak tangguhan bersih (yang tercermin dalam beban pajak tangguhan) bermanfaat untuk mendeteksi manajemen laba untuk menghindari laba menurun. .

H2  Perubahan dalam komponen kewajiban pajak tangguhan bersih yang terkait dengan akrual dan cadangan, kompensasi, depresiasi, penilaian aktiva lain-lain, dan atau item-item lain-lain bermanfaat dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari laba menurun.
H3 : Perubahan dalam cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan bermanfaat untuk mendeteksi manajemen laba untuk menghindari laba menurun


KESIMPULAN
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan bukti empiris mengenai kemampuan beban pajak tangguhan yang dihasilkan dari selisih antara aktiva pajak tangguhan dan utang pajak tangguhan apakah dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba, dan apakah komponen-komponen yang terkandung dalam perubahan atas aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan dapat mencerminkan adanya  manajemen laba di perusahaan. . Simpulan yang dapat ditarik dari hasil pengujian adalah:
  1. beban pajak tangguhan yang dihasilkan dari selisih antara aktiva pajak tangguhan dan utang pajak tangguhan dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Phillips et al. (2003) dan Yuliati (2004)
  2.  komponen-komponen dalam perubahan kewajiban pajak tangguhan bersih yang terdiri dari (1) akrual pendapatan dan biaya dan cadangan (reserves), (2) kompensasi, (3) depresiasi aktiva tetap, (4) Penilaian aktiva lain-lain, (5) item lain-lain (miscellaneous items), (6) tax carryforward, (7) Laba dan rugi yang tidak terealisasi, (8) akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan tidak terbukti secara signifikan dapat digunakan untuk mendeteksi adanya manajemen laba untuk menghindari laba menurun. Sedangkan hasil penelitian PPRW (2004),  komponen akrual pendapatan dan biaya dan cadangan (reserves) secara signifikan dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba untuk menghindari laba menurun 

BATASAN
1. Penelitian ini menggunakan variabel beban pajak tangguhan yang dihasilkan dari selisih antara aktiva pajak tangguhan dan utang pajak tangguhan dengan nilai observasi seluruhnya, jadi tidak memisahkan nilai yang positif maupun negatif atas selisih antara aktiva pajak tangguhan dan utang pajak tangguhan.

2. Sampel penelitian ini hanya terdiri dari perusahaan pada sektor manufaktur sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digunakan sebagai dasar generalisasi. Selain itu, emiten manufaktur merupakan salah satu jenis perusahaan yang memiliki karakteristik akrual yang beragam, terutama yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan dan biaya dan aktiva tetapnya sehingga terdapat kemungkinan masih banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perbedaan pelaporan antara laba akuntansi dan laba fiskal manufaktur .
3. Perioda pengamatan yang relatif pendek untuk menaksir parameter-parameter model penelitian. Keterbatasan perioda pengamatan dilakukan untuk mendapatkan laporan keuangan perusahaan yang melaporkan biaya dan utang pajaknya secara konsisten, yaitu setelah diterapkannya PSAK No. 46.
4. Kemungkinan terdapat kemampuan yang rendah dari model discretionary accrual yang dipakai sebagai proksi manajemen laba. Penelitian. Dechow et al. (1995) memperlihatkan bahwa semua model yang digunakan memiliki kemampuan yang rendah dalam menilai persistensi laba.
5. Nilai R square yang rendah menunjukkan banyak faktor yang memotivasi manajer melakukan manajemen laba yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini





Jumat, 10 Februari 2012

Discretionary Revenues as a Measure of Earnings Management


Stephen R. Stubben
The University of North Carolina at Chapel Hill


THE ACCOUNTING REVIEW American Accounting Association
Vol. 85, No. 2 DOI: 10.2308 /accr.2010.85.2.695
pp. 695–717







terjemahan
ABSTRAK:

Penelitian ini menguji kemampuan pendapatan dan model akrual untuk mendeteksi simulasi manajemen laba dan aktualnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pendapatan kurang bias, lebih specific, dan lebih kuat daripada model akrual umum digunakan. Menggunakan prosedur simulasi, saya menemukan bahwa model pendapatan lebih mungkin daripada model akrual untuk mendeteksi kombinasi pendapatan dan manipulasi beban. Menggunakan sampel perusahaan yang mengikuti penegakan hukum SEC untuk campuran pendapatan dan salah saji biaya yang terkait, saya menemukan bahwa, meskipun mendteksi model manipulasi pendapatan,tetapi tidak untuk model akrual. Temuan ini memberikan dukungan untuk menggunakan ukuran pendapatan diskresioner untuk mempelajari manajemen laba.



PEMBATASAN
Keuntungan menggunakan akrual tertentu, seperti cadangan kerugian pinjaman, adalah bahwa mereka material dan obyek kemungkinan penghakiman dan kebijaksanaan. Namun, akrual banyak industri tertentu (misalnya, perbankan dan industri asuransi) dan analisis tidak dapat diterapkan pada perusahaan di luar industri. Sebaliknya, McNichols dan Wilson (1988) meneliti kebijaksanaan dalam penyisihan kredit macet. Akrual Hal ini biasa terjadi di industri. Namun, beban utang yang buruk sering hanya sebagian kecil dari laba yang dilaporkan, jadi hanya sebagian yang relatif kecil dari jumlah total kebijaksanaan suatu perusahaan kemungkinan akan ditangkap. Akrual khusus yang ideal untuk studi adalah salah satu yang (1) umum di industri, (2) tunduk pada kebijaksanaan, dan (3) merupakan piutang yang sebagian besar dari kebijaksanaan pendapatan yang tersedia bagi perusahaan. Berdasarkan kriteria tersebut, pendapatan adalah calon yang alami.
Pendapatan sebagai Sarana Manajemen Laba

Tiga studi yang meneliti pengelolaan pendapatan adalah Plummer dan Mest (2001), Marquardt dan Wiedman (2004), dan Caylor (2009). Plummer dan Mest (2001) mempelajari kebijaksanaan dalam komponen laba menggunakan tes distribusi mirip dengan Burgstahler dan Dichev (1997), menemukan bukti yang menunjukkan perusahaan mengelola penghasilan ke atas untuk memenuhi perkiraan laba dengan melebih-lebihkan pendapatan dan mengecilkan beberapa biaya operasional. Mereka tidak berusaha untuk memperkirakan pendapatan discretionary.

Marquardt dan Wiedman (2004) memperkirakan hal - hal tidak terduga dari komponen akrual, termasuk piutang, untuk menentukan komponen perusahaan memanipulasi laba dalam pengaturan tertentu. Mereka menemukan bukti bahwa perusahaan dengan peningkatan pendapatan kecil mengecilkan item khusus tetapi tidak melebih-lebihkan pendapatan. Mereka juga menemukan bukti bahwa perusahaan menggunakan kebijaksanaan pendapatan kenaikan (penurunan) laba sebelum penerbitan ekuitas (manajemen beluk beli). Caylor (2009) menggunakan pendapatan diskresioner untuk menguji penggunaannya untuk menghindari pelaporan kejutan negatif pendapatan dan menemukan bukti bahwa manajer menggunakan kebijaksanaan pendapatan yang mempengaruhi baik akun piutang dan pendapatan ditangguhkan untuk melaporkan kejutan positif laba. Saya berusaha untuk memvalidasi ukuran pendapatan diskresioner yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis dalam studi seperti ini.

RESEARCH DESIGN
Pendapatan Discretionary mengambil sejumlah bentuk. Beberapa melibatkan manipulasi aktivitas nyata (misalnya, penjualan diskon, persyaratan kredit santai, saluran isian, dan tagihan dan penjualan ditahan), dan yang lainnya tidak (misalnya, pendapatan diakui dengan menggunakan aplikasi agresif atau tidak benar Prinsip Akuntansi yang berlaku umum (GAAP) , fiktif pendapatan, dan penangguhan pendapatan). Saya model pengakuan pendapatan dini dan pengaruhnya terhadap hubungan antara pendapatan dan piutang. Prematur pengakuan pendapatan termasuk saluran isian dan penjualan tagihan dan ditahan, jika pelanggan tidak membayar tunai untuk persediaan, dan pendapatan diakui dengan menggunakan aplikasi agresif atau tidak benar dari GAAP.
Saya fokus pada dini pengakuan pendapatan karena bukti menunjukkan bahwa itu adalah bentuk paling umum dari manajemen pendapatan. Sebagai contoh, Feroz dkk. (1991) menemukan bahwa lebih dari setengah dari tindakan penegakan hukum SEC dikeluarkan antara 1982 dan 1989 overstatements terlibat piutang yang dihasilkan dari pengakuan dini pendapatan. Bentuk lain dari manipulasi pendapatan, seperti potongan penjualan, bisa memaksimalkan keuntungan keputusan bisnis dan bukan hanya upaya mengelola pendapatan untuk memenuhi tolok ukur kinerja.


KESIMPULAN

Studi ini memberikan bukti pada keandalan pendapatan discretionary dan berbagai ukuran akrual diskresioner dengan menilai kemampuan mereka untuk mendeteksi manipulasi kedua simulasi dan aktual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pendapatan kurang bias dan lebih baik ditentukan dari model akrual, sehingga perkiraan dari model pendapatan dapat berguna sebagai ukuran manajemen pendapatan atau sebagai proxy untuk manajemen laba.

Meskipun model-model pendapatan tidak mendeteksi kebijaksanaan dalam biaya, temuan ini menunjukkan bahwa model akrual mengalami kesulitan mendeteksi kebijaksanaan dalam biaya juga. The-of-the-art kinerja-cocok model Jones yang dimodifikasi (Kothari et al. 2005) mendeteksi manipulasi beban disimulasikan dalam hanya 9,2 persen dari sampel perusahaan, dan gagal untuk mendeteksi manipulasi beban oleh perusahaan dikenakan biaya terkait penegakan tindakan SEC. Namun, keberhasilan model pendapatan dalam mendeteksi manajemen laba tergantung pada frekuensi relatif dari pendapatan dibandingkan manipulasi beban. Untuk jumlah yang sama dari pendapatan simulasi dan manipulasi biaya di seluruh sampel, model pendapatan melebihi masing-masing model akrual. Model pendapatan juga mendeteksi manajemen laba oleh perusahaan tunduk pada tindakan penegakan hukum SEC, tetapi bukan akrual yang match performance .Secara keseluruhan, model pendapatan melebihi model akrual baik dalam mendeteksi dan gagal untuk mendeteksi earnings management, yang sesuai. Dengan demikian, meninjau kembali pengaturan penelitian dengan model pendapatan bisa menjelaskan apakah hasil yang signifikan didorong oleh misspecification model akrual atau apakah hasil yang tidak signifikan didorong oleh kurangnya model akrual yang 'kekuasaan.

Ukuran pendapatan discretionary juga dapat berguna dengan menyediakan bukti bagaimana perusahaan mengelola penghasilan atau untuk mempelajari pengelolaan pendapatan. Secara keseluruhan, relatif sedikit penelitian telah dilakukan di bidang kebijaksanaan dalam pendapatan. Meskipun pendapatan adalah langkah pertama yang logis dalam memeriksa masing-masing komponen pendapatan, studi masa depan dapat modelkebijaksanaan dalam komponen biaya berbagai pendapatan.
Akhirnya, penelitian ini memiliki implikasi untuk studi yang menggunakan model akrual. Pertama, model Jones (Jones 1991) menunjukkan spesifikasi lebih baik dari modifikasi Jones Model (Dechow et al 1995.), Yang menunjukkan pendapatan dilaporkan, bukan termasuk pendapatan tunai, dalam model akrual. 

Kedua, Dechow-Dichev model (Dechow dan Dichev 2002; McNichols 2002), yang pada awalnya dikembangkan untuk memperkirakan kualitas laba, pameran misspecification lebih besar dari model akrual lainnya ketika digunakan untuk memperkirakan akrual diskresioner. Terakhir, memisahkan pendapatan kuartal keempat dan memungkinkan hubungan antara pendapatan dan akrual untuk bervariasi di seluruh perusahaan dapat diterapkan pada model akrual untuk meningkatkan kinerja mereka.



http://www.unc.edu/~stubbens/S.pdf




Rabu, 08 Februari 2012

Earnings Management: New Evidence Based on Deferred Tax Expense


John Phillips
University of Connecticut
Morton Pincus
*
University of Iowa
Sonja Olhoft Rego
University of Iowa




Morton Pincus, Tippie College of Business, The University of Iowa, 108 PBB, Iowa City, IA 52242-1000, (319) 335-0910, morton-pincus@uiowa.edu.









TERJEMAHAN
Manajemen Laba: Bukti Baru Berdasarkan Beban Pajak Tangguhan


ABSTRAK

Kami meneliti kegunaan dari beban pajak tangguhan dibandingkan dengan langkah-langkah berbagai akrual yang digunakan dalam penelitian sebelumnya dalam mendeteksi manajemen laba dalam tiga pengaturan di mana manajemen laba mungkin terjadi. Motivasi untuk menggunakan beban pajak tangguhan untuk mendeteksi manajemen laba adalah bahwa ada kebijaksanaan khusus lebih berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum daripada di bawah peraturan pajak, dan kami mengasumsikan bahwa manajer mengeksploitasi kebijakannya seperti untuk mengelola atas pendapatan terutama dalam cara-cara yang tidak mempengaruhi pendapatan pajak berjalan . Jadi, kami berharap bahwa keputusan untuk mengelola laba atas akan menghasilkan perbedaan buku-pajak yang meningkatkan beban pajak tangguhan.

Hasil kami memberikan bukti dari kegunaan tambahan beban pajak tangguhan dalam mendeteksi manajemen laba kegiatan vis-à-vis akrual total dan akrual yang abnormal berasal dari dua versi dari model Jones. Beban pajak tangguhan umumnya bertahap berguna melampaui semua tiga pengukuran berbasis akrual berkaitan dengan mendeteksi manajemen laba untuk menghindari penurunan laba dan dalam kaitannya dengan manajemen laba mendeteksi untuk menghindari kerugian. Kami juga menemukan bahwa beban pajak tangguhan secara signifikan lebih akurat daripada tindakan akrual dalam mengklasifikasikan perusahaan-tahun sebagai berhasil menghindari kerugian, sedangkan tidak ada mengukur satu relatif lebih akurat daripada yang lain dalam mengklasifikasikan perusahaan-tahun yang berhasil menghindari penurunan laba . Berkenaan dengan perkiraan analis pertemuan 'laba, hanya Total akrual mendeteksi manajemen laba. 

RUMUSAN MASALAH
Kami menganalisa tiga pengaturan di mana literatur manajemen laba berpendapat mungkin terjadi. Kasus pertama yang kami pertimbangkan adalah laba manajemen untuk menghindari penurunan laba. Kami membandingkan perusahaan-tahun dengan nol atau sedikit positif perubahan laba skala untuk "melewatkan" tahun perusahaan (yaitu, perusahaan-tahun dengan perubahan laba sedikit negatif). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan beban pajak tangguhan meningkatkan kemungkinan mengelola pendapatan untuk menghindari pelaporan penurunan laba, mendukung argumen bahwa beban pajak tangguhan bertahap berguna dalam mendeteksi manajemen laba. Akrual yang abnormal akrual total dan diperkirakan dengan menggunakan forward-looking Jones Model (Dechow et al, 2002.) Juga bertahap berguna, sedangkan akrual yang abnormal berasal dari model Jones yang diubah tidak. Kami tidak menemukan bukti bahwa metrik yang lebih akurat mengklasifikasikan perusahaan-tahun sebagai berhasil (atau gagal) menghindari penurunan laba. Ketika kita meneliti dampak dari kinerja perusahaan pada hasil, kita menemukan bahwa tindakan akrual tidak lagi signifikan, sementara hasil pajak tangguhan beban masih terus.

Kasus kedua adalah kita meneliti manajemen laba untuk menghindari kerugian, dan kita membandingkan perusahaan-tahun dengan nol atau sedikit positif tingkat laba skala dengan sampel kontrol perusahaan-tahun dengan penghasilan sedikit negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan beban pajak tangguhan meningkatkan kemungkinan mengelola pendapatan untuk menghindari pelaporan kerugian. Jadi beban pajak tangguhan juga bertahap berguna dalam mendeteksi manajemen laba dalam pengaturan ini, seperti metrik akrual. Namun, kita menemukan bahwa beban pajak tangguhan relatif lebih akurat dari masing-masing tindakan akrual dalam mengklasifikasikan perusahaan-tahun sebagai berhasil (atau gagal) menghindari kerugian.


Akhirnya, kami menyelidiki kegunaan dari beban pajak tangguhan dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari gagal untuk memenuhi atau mengalahkan konsensus pendapatan analis 'perkiraan. Literatur berpendapat bahwa perusahaan mengelola laba atas dalam pengaturan ini, meskipun bukti yang mendukung hasil ini adalah campuran (misalnya, Schwartz 2001; Dechow et al, 2002;. Burgstahler dan Eame 2002;. Dhaliwal et al, 2002). Kami tidak menemukan bukti bahwa beban pajak tangguhan atau metrik akrual yang abnormal mendeteksi manajemen laba untuk menghindari gagal untuk memenuhi atau mengalahkan laba analis 'perkiraan, sedangkan total akrual positif berkaitan dengan probabilitas bahwa sebuah perusahaan mengelola laba dalam pengaturan ini. Namun, baik berbasis akrual metrik atau beban pajak tangguhan lebih akurat mengklasifikasikan perusahaan-tahun sebagai berhasil (atau gagal) gagal untuk memenuhi atau mengalahkan perkiraan analis.

Secara keseluruhan, hasil kami mendukung manfaat tambahan beban pajak tangguhan sebagai metrik untuk mendeteksi manajemen laba. Anehnya, kita menemukan bahwa total akrual bertahap berguna dalam mendeteksi aktivitas manajemen laba untuk masing-masing tiga kami target pendapatan, sedangkan tindakan yang abnormal akrual yang kurang konsisten. Dengan demikian, penelitian hanya didasarkan pada langkah-langkah akrual mungkin tidak mendeteksi efek penuh dari manajemen laba, dan dengan demikian peneliti juga harus mempertimbangkan menggabungkan beban pajak tangguhan dalam manajemen mereka desain penelitian pendapatan


H1: Beban pajak tangguhan bertahap berguna untuk tindakan akrual dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari penurunan laba.

H2: Beban pajak tangguhan bertahap berguna untuk tindakan akrual dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari kerugian.
H3: Beban pajak tangguhan bertahap berguna untuk tindakan akrual dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari kegagalan untuk memenuhi atau mengalahkan laba analis 'perkiraan

KESIMPULAN
Kami menyelidiki kegunaan tambahan beban pajak tangguhan dalam mendeteksi manajemen laba. Karena manajemen laba dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan manajerial, dan karena manajer pada umumnya memiliki keleluasaan lebih di bawah GAAP daripada di bawah peraturan pajak, kami berharap bahwa manajer akan mengelola laba atas dengan memanfaatkan kebijaksanaan mereka di bawah GAAP, dan mungkin akan melakukannya dengan cara yang tidak meningkat hutang pajak penghasilan saat ini. Jika demikian, seperti perilaku manajemen laba akan menghasilkan pajak sementara buku-perbedaan yang menyebabkan beban pajak tangguhan yang lebih tinggi. Membangun bukti manajemen laba di Burgstahler dan Dichev (1997), Degeorge et al. (1999), dan Mills dan Newberry (2001), dan pada bukti kesalahan pengukuran yang signifikan dalam tindakan akrual dalam Guay et al. (1996) dan Bernard dan Skinner (1996), kita membandingkan kemampuan beban pajak tangguhan dan tiga pengukuran berbasis akrual untuk mendeteksi manajemen laba untuk memenuhi atau sedikit mengalahkan tiga sasaran laba: menghindari penurunan laba, menghindari kerugian, dan menghindari gagal untuk memenuhi atau mengalahkan perkiraan analis.

Hasil mendukung manfaat tambahan beban pajak tangguhan dalam mendeteksi manajemen laba. Beban pajak tangguhan umumnya bertahap berguna untuk semua tiga langkah akrual dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari penurunan laba dan dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari kerugian. Kami juga menemukan bahwa DTE secara signifikan lebih akurat dibandingkan dengan tiga langkah akrual dalam mengklasifikasikan perusahaan-tahun sebagai manajemen laba dan non-laba manajemen perusahaan-tahun sehubungan dengan menghindari kerugian. Akhirnya, DTE tidak bertahap berguna dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari gagal untuk memenuhi atau mengalahkan perkiraan analis


Hasil Tour menambah temuan terbaru yang menunjukkan hubungan antara buku dan pelaporan pajak dan insentif perusahaan untuk terlibat dalam aktivitas manajemen laba (Mills dan Newberry 2001). Bukti dalam makalah kami menunjukkan bahwa DTE dapat melengkapi langkah-langkah akrual dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari penurunan pendapatan dan untuk menghindari kerugian. Anehnya, hasil kami menunjukkan bahwa total akrual bertahap berguna dalam mendeteksi kegiatan manajemen laba dalam tiga pengaturan kita mempertimbangkan, sedangkan kinerja tindakan akrual abnormal dicampur. Selanjutnya, ada bukti bahwa kinerja perusahaan dapat mempengaruhi kegunaan dari tindakan manajemen laba akrual dalam mendeteksi, sedangkan yang tidak muncul menjadi kasus untuk beban pajak tangguhan.


Keterbatasan dari studi kami adalah bahwa analisis kami dibatasi untuk periode di mana PSAK No 109 telah berlaku. Keterbatasan lain adalah bahwa kita belum dimasukkan ke dalam bimbingan manajerial investigasi kami kemampuan untuk mendeteksi manajemen laba untuk menghindari gagal untuk memenuhi atau mengalahkan laba analis 'perkiraan, kami meninggalkan untuk penelitian masa depan. Penelitian di masa depan mungkin juga bermanfaat mempertimbangkan (1) pemodelan penentu beban pajak tangguhan untuk mengetahui apakah DTE sendiri dapat berguna terurai, (2) mengidentifikasi komponen DTE yang mencerminkan aktivitas manajemen yang paling laba, dan (3) meneliti kegunaan DTE dan variabel akrual untuk mendeteksi manajemen laba dalam data kuartalan dan dalam pengaturan lainnya.







Selasa, 07 Februari 2012

Earnings management and deferred tax


Rohaya Md Noor
Nor’Azam Mastuki
Zanariah Aziz
Faculty of Accountancy
Universiti Teknologi MARA
Malaysia



MALAYSIAN
ACCOUNTING
REVIEW
Volume 6 No. 1
June 2007







ABSTRAK


Studi ini meneliti apakah perusahaan menggunakan beban pajak tangguhan untuk memenuhi target laba: (1) untuk menghindari penurunan laba dan (2) untuk menghindari kerugian. Studi merepliklasi Phillips et al. (2003), di mana mereka menemukan bukti bahwa perusahaan menggunakan beban pajak tangguhan untuk mengelola pendapatan. Studi ini meneliti laporan keuangan yang disusun untuk 2001 - 2003 dari perusahaan produk konsumen dan industri tercatat di papan pertama dan kedua dari Bursa Malaysia.





QUESTION


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji sejauh mana ketentuan dari beban pajak tangguhan digunakan sebagai kendaraan untuk mengelola pendapatan melalui pajak atas operasi yang dilanjutkan.

Penelitian ini juga menguji apakah perusahaan menggunakan akrual diskresioner untuk mengelola pendapatan. Dalam hal cakupan, penelitian ini hanya meneliti beban pajak tangguhan perusahaan dari konsumen dan
produk industri tercatat di papan pertama dan kedua dari Bursa Malaysia. Periode investigasi hanya mencakup laporan keuangan yang disusun untuk tahun 2001, 2002
dan 2003. Penggunaan pilihan akuntansi untuk tujuan strategi perencanaan pajak adalah di luar lingkup penelitian ini.



 HYPHOTESA

H1a: Beban pajak tangguhan mendeteksi manajemen laba berkaitan dengan menghindari penurunan laba.

H1b: akrual Diskresioner mendeteksi manajemen laba berkaitan dengan menghindari penurunan laba.
H2A: Beban pajak tangguhan mendeteksi manajemen laba berkaitan dengan menghindari kerugian.
H2B: akrual Diskresioner mendeteksi manajemen laba berkaitan dengan menghindari kerugian.



KESIMPULAN

Studi ini meneliti kegunaan dari beban pajak tangguhan dalam mendeteksi laba

manajemen untuk memenuhi laba perusahaan 'target: 

(1) untuk menghindari penurunan laba dan  
(2) untuk menghindari kerugian. Hasil didasarkan pada dua sektor (konsumen dan industri produk) dan tiga tahun periode investigasi (2001-2003). 


Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan beban pajak tangguhan dan akrual diskresioner untuk menghindari kerugian. Namun, hasil tidak mendukung bahwa perusahaan menggunakan beban pajak tangguhan dan akrual diskresioner untuk menghindari penurunan laba. Studi ini memberikan kontribusi literatur manajemen laba dan variabel yang dapat digunakan untuk menyelidiki aktivitas manajemen laba.


Penelitian ini juga dibuktikan kecenderungan peningkatan kewajiban pajak tangguhan yang dilaporkan oleh perusahaan 1990-2004. Ini menunjukkan kesenjangan yang tumbuh antara buku dan penghasilan kena pajak, yang berarti bahwa perusahaan yang menunda kewajiban pajak untuk masa depan. Sebelum studi juga telah mendokumentasikan kesenjangan yang tumbuh antara buku dan penghasilan kena pajak sejak 1990 (Desai 2002, Manzon dan Plesko 2002, Hanlon 2002 dan Frank dkk. 2004). Skenario ini menunjukkan bahwa perusahaan telah melakukan strategi perencanaan pajak agresif dengan melaporkan pendapatan yang lebih tinggi untuk pemegang saham dengan laba kena pajak yang lebih rendah kepada fiskus (Frank et al., 2004). Ini adalah penting isu yang perlu ditangani terutama sehubungan dengan degradtion dari kualitas pelaporan laba dengan perusahaan (Hanlon, 2002). Oleh karena itu, studi masa depan harus menyelidiki dan memberikan bukti dalam aspek ini.